SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Situs sunankudus.blogspot.com, yang menyajikan Site Bernuansa Islami berisikan Hikmah Al-qur'an dan Mutiara Hadits, insya Allah dapat memberikan kesejukan hati dan ketentraman jiwa bagi anda yang mengunjungi Site ini. Membawa Anda kepada pemahaman Islam yang benar sesuai apa yang di bawa Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. semoga situs ini menjadi sumbangan dalam perjuangan islam. Pesan saya: Ikutilah Jalan Sirotulmustaqim dengan sungguh-sungguh. karena jalan otulah yag termudah menuju Allah dan syurga-Nya. Kurang dan lebihnya blog ini maafin yaa..saran dan kritik bisa kamu kirim ke santrisunny@yahoo.co.id. sukron katsiron telah mampir ke blog ini.. yang mau kirim tulisan silahkan email ke santrisunny@yahoo.co.id

Minggu, 16 November 2008

Bid’ah

A. Penjelasan tentang Bid’ah [1]

Sudah dijelaskan sebelumnya arti dari kata sunnah. Pada pasal ini kita coba menyelami arti bid’ah. Bid’ah adalah semua akidah dan peribadatan yang mengatas namakan Islam tetapi tidak disyari`atkan oleh Islam. Semua bentuk ritual keagamaan yang diharapkan pahala dengannya dari Alloh Subhanahu wa Ta`ala tetapi tidak terdapat pada ajaran-ajaran Rosululloh Shallallohu `alaihi wa sallam adalah bid’ah. Cara memahami dan menerapkan Islam yang ber-beda dengan manhaj Rosululloh dan para sahabat-nya adalah bid’ah. Di bawah ini akan kita coba jelas-kan beberapa hal sekitar bid’ah :

1. Bid’ah dari segi berat dan ringannya bisa dibagi atas dua tingkatan, yaitu Bid’ah Mukaffiroh (bid’ah yang menjadikan pelakunya kafir) dan bid’ah Ghoir Mukaffirah - bukan mukaffiroh (bid’ah yang tidak menjadikan pelakunya kafir ).

Pelaku bid’ah Mukaffirah, biasanya tidak disebut se-bagai ahlul bid’ah, tetapi sudah termasuk kuffar. Sedangkan bid’ah ghoir mukaffiroh pelakunya masih di dalam lingkaran Islam. Contoh bid’ah mukaffiroh seperti misalnya berdo’a dan memohon kepada makhluk tentang hal-hal yang semestinya diminta dari Alloh Subhanahu wa Ta`ala saja seperti meminta keturunan dari kuburan-kuburan dan lain-lain. Contoh bid’ah ghoir mukaffiroh seperti merayakan maulid Nabi.

Bid’ah dari segi bentuknya bisa dibagi pula atas dua macam yaitu: bid’ah haqiqiyah (bid’ah asli) arti-nya bid’ah yang memang tidak ada asalnya sama sekali pada ajaran Islam (contohnya seperti maulid Nabi Shallallohu `alaihi wa sallam tadi) dan bid’ah Idofiyah (bid’ah tambahan) yaitu bid’ah yang sebenar-nya merupakan pekerjaan yang asalnya syar’i te-tapi ditambah-tambah, seperti orang yang sholat dzuhur dua kali sehari.

2. Bid’ah dalam Istilah syar’i, hanya mencakup hal-hal peribadatan dan aqidah serta agama pada umumnya dan tidak mencakup selain itu.

3. Bid’ah bisa bercampur dengan sunnah dalam suatu amal peribadatan. Ketika hal ini terjadi maka se-cara keseluruhan amal itu masuk dalam kategori bid’ah.

Sebuah amal mempunyai beberapa unsur seperti isi, waktu, cara, kadar dan lain-lainnya. Bid’ah mungkin bisa terjadi pada salah satu unsur-unsur tersebut atau semuanya. Contohnya berdzikir ber-sama-sama (dengan berbarengan) dengan suara yang keras. Berdzikir itu sendiri adalah sunnah dan isinya pun bisa sunnah seperti Istighfar atau kalimat tauhid, tetapi caranya yaitu suara yang berbarengan adalah bid’ah. Secara keseluruhan amal ini adalah bid’ah.

4. Bid’ah juga terbagi atas bid’ah aqidah dan bid’ah ama-liah. Karena pada dasarnya aqidah lebih penting dari amal jasmani, maka bid’ah pada aqidah pun lebih buruk dari bid’ah amaliah bahkan kebanyakan bid’ah amaliah didorong oleh bid’ah aqidah.

5. Semua bid’ah dalam agama (Islam) adalah buruk dan sesat bukan seperti yang dikatakan oleh se-bagian orang bahwa bid’ah terbagi dua yaitu: bid’ah Sayyiah (buruk) dan bid’ah hasanah (baik).

B. Keburukan bid’ah

Mudah-mudahan dengan menyimak sabda-sabda Rosululloh Shallallohu `alaihi wa sallam dan perkataan para ulama salafus soleh di bawah ini kita akan lebih menyadari keburukan dan bahayanya bid’ah.

Dari Irbad bin Sariyah berkata, Rosululloh Shallallohu `alaihi wa sallam bersabda:

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

”Berhati-hatilah kalian dari hal-hal yang baru, sesung-guhnya setiap hal yang baru itu adalah kesesatan".[2].

Dari Anas rodiyallohu `anhu berkata, Rosululloh Shallallohu `alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.

"Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia bukanlah golonganku".[3]

عَنْ كَثِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ هُوَ ابْنُ عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ الْمُزَنِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ اعْلَمْ قَالَ مَا أَعْلَمُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ اعْلَمْ يَا بِلَالُ قَالَ مَا أَعْلَمُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا تُرْضِي اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا

"Dari Abdurrahman Bin Auf rodiyallohu `anhu sesung-guhnya Rosululloh Shallallohu `alaihi wa sallam pada suatu hari berkata kepada Bilal Bin Haris: Ketahuilah wahai Bilal! berkata Bilal: Apa yang harus saya ketahui wahai Rosululloh ? Rosul Shallallohu `alaihi wa sallam bersabda: Ketahuilah barangsiapa yang menghidup-kan sunnah dari sunnah-sunnahku yang termatikan setelah wafatku, ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakan sunnah tersebut, tanpa diku-rangi pahala-pahala dari mereka sedikit pun. Dan ba-rangsiapa yang mengikuti bid’ah yang sesat yang Alloh dan Rosul-Nya tidak meridhoinya, maka dia pun ikut menanggung dosa orang yang mengerjakan-nya, tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa orang yang mengerjakan hal tersebut".[4].

Dari Aisyah -rodiyallohu `anha- berkata, Rosululloh Shallallohu `alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.

"Barangsiapa yang membuat hal-hal baru dalam agama ini, yang bukan bagian darinya, maka hal ter-sebut tertolak".[5]

Dari Anas rodiyallohu `anhu berkata, Rosululloh Shallallohu `alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ.

"Sesungguhnya Alloh telah mencegah taubat bagi orang yang mengerjakan bid’ah sehingga ia meninggal-kan bid’ahnya".[6]

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ قَالَ يَزِيدُ مُتَفَرِّقَةٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ إِنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

"Dari Abdullah Bin Mas’ud berkata suatu kali: Rosululloh Shallallohu `alaihi wa sallam menggaris suatu garis kemudian bersabda: (ini jalan Alloh), ke-mudian membuat beberapa garis ke samping kanan dan kirinya, dan bersabda: ini adalah jalan-jalan, di setiap jalan di situ ada syaithonnya yang menyeru kepadanya, kemudian ia membaca ayat: “ini lah jalanku yang lurus maka ikutilah ia” surat Al An’am 153".[7]

Usman Bin Hadir Al Azdi –rohimahulloh- berkata:

دَخَلْتُ عَلَى ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، فَقُلْتُ لَهُ أَوْصِنِي! فَقَالَ: عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى وَاْلإِسْتِقَامَةَ، اِتَّبِعْ وَلاَ تَبْتَدِعْ.

"Aku datang ke Ibnu Abbas -rodiyallohu `anhuma- kemudian aku berkata padanya:, “Nasihatilah aku”, maka beliau berkata: Bertaqwalah engkau pada Alloh dan istiqomahlah, ikutilah (Sunnah) dan janganlah berbid’ah”. [8]

Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro meriwayat-kan dari Ibnu Abbas -rodiyallohu `anhuma- sesungguh-nya ia berkata:

إِنَّ أَبْغَضَ الْأُمُوْرِ إِلَى اللهِ تَعَالَى اَلْبِدَعُ، وَإِنَّ مِنَ الْبِدَعِ اَلْإِعْتِكَافُ فِي الْمَسَاجِدِ الَّتِيْ فِي الدَّوْرِ.

Sesungguhnya perkara yang paling dibenci Alloh adalah bid’ah, dan sesungguhnya di antara bid’ah itu adalah I’tikaf di masjid-masjid yang ada di rumah-rumah”.

Imam Abu Daud meriwayatkan dalam sunannya dari Hudzaifah Bin Al Yamani -rodiyallohu `anhu- berkata:

كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا تَتَعَبَّدْ بِهَا، فَإِنَّ الْأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلْآخِرِ مَقَالاً،’’ فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ الْقُرَّاءِ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ’’.

“Setiap ibadah yang tidak dilakukan oleh para sahabat Rosululloh Shallallohu `alaihi wa sallam janganlah engkau lakukan. Karena generasi pertama tidak membiarkan tertinggal satu perkataanpun untuk generasi yang terakhir,(bertaqwalah kalian pada Alloh Ya Ma’syarol Qurro’, tempuhlah jalan orang-orang sebelum kalian)”. (Bagian akhir atsar ini diriwayatkan oleh Al Bukhori : 6739)

Berkata Al Hasan Al Bashri –rohimahulloh-:

لَا يَقْبَلُ اللهُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ صَوْماً وَلَا صَلَاةً وَلَا حَجّاً وَلَا عُمْرَةً حَتَّى يَدَعَهَا.

Alloh tidak akan menerima soum, solat, haji dan umroh dari ahli bid’ah hingga ia meninggalkan bid’ahnya”.[9]

Berkata Muhammad Bin Aslam –rohimahulloh-:

مَنْ وَقَّرَ صَاحِبَ بِدْعَةٍ فَقَدْ أَعَانَ عَلَى هَدْمِ الْإِسْلَامِ وَقَالَ أَبُوْ مَعْشَرٍ: سَأَلْتُ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ شَىْءٍ مِنْ هَذِهِ الْأَهْوَاءِ ، فَقَالَ: مَا جَعَلَ اللهُ فِيْ شَىْءٍ مِنْهَا مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ، مَا هِىَ إِلَّا نَزْغَةٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، عَلَيْكَ بِأَوَّلِ الْأَمْرِ.

Barangsiapa yang menghormati Ahlul bid’ah, maka sesungguhnya ia telah memberikan pertolongan untuk merobohkan Islam” dan berkata Abu Ma’sar: “Aku bertanya pada Ibrohim tentang sesuatu yang menyangkut hawa nafsu ini (Bid’ah)”, kemudian ia berkata: “Alloh tidak menjadikan sedikit kebaikan pun padanya. Bid’ah itu adalah suatu dorongan dari syaiton. Ikutilah agama yang murni



[1] Baca Kitab "Al I`tisom", Ibrohim bin Musa Asy Syatibi.

[2](HR. Abu Daud, no.4607; Tirmidzi, no.2676; Ibnu Majah, no.43; Ibnu Hibban dalam shohihnya, no.5; dan berkata Tirmidzi, “Hadits ini hasan Shohih”)

[3](HR. Muslim, no.1401)

[4](HR. Tirmidzi, no.2677; Ibnu Majah, no.210; dan berkata Tirmidzi, “Hadits ini hasan”)

[5](HR. Bukhori, no.1718)

[6](HR. Thobroni dalam kitab Majma Zawaid, no.189/10, dengan sanad yang hasan).

[7](HR Bukhori, no.5938; Tirmidzi, no.2378; Ibnu Majah, no.4221; Ahmad, no.3928; dan Ad Darimi, no.204)

[8] Hr. Ad Darimi : 139

[9]Al Ajuri, Asy Syari`ah : 60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERITA TERKINI

Rabu sore kemarin (02/12), otoritas penjajah Zionis memberikan surat resmi kepada Kepala Badan Tertinggi Islam di Al-Quds, yang isinya melarang khatib masjid Al-Aqsha Syekh Ikrimah Shabri untuk masuk masjid Al-Aqsha selama 6 bulan ke depan.

Ketika Syekh Shabri baru saja pulang dari Saudi kemarin, otoritas Zionis langsung memanggilnya untuk diinterogasi. Karena kelelahan sebab baru saja pulang dari perjalanan jauh, Syekh Shabri sempat meminta pengacarnya Khalid Zabariqah untuk mengundur waktu ke hari lain untuk memenuhi panggilan Zionis itu.

Akan tetapi Zionis menolak untuk menunda dan mengancam akan menangkap Syekh Shabri jika tidak segera memenuhi panggilan otoritas Zionis. Oleh karena itu, Syekh Shabri terpaksa segera menuju ruang intelijen No. 4 yang berada di pusat penahanan dan penyelidikan "Compound" sebelah Barat Al-Quds, untuk menerima keputusan pelarangannya memasuki masjid Al-Aqsha.

Sebelumnya beberapa hari yang lalu, otoritas penjajah Zionis juga mengeluarkan beberapa keputusan yang menjauhkan hak pribadi, nasional, agama, dan lembaga-lembaga dari masjid Al-Aqsha. (Sn/ikh/myj)

eramuslim.com