SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Situs sunankudus.blogspot.com, yang menyajikan Site Bernuansa Islami berisikan Hikmah Al-qur'an dan Mutiara Hadits, insya Allah dapat memberikan kesejukan hati dan ketentraman jiwa bagi anda yang mengunjungi Site ini. Membawa Anda kepada pemahaman Islam yang benar sesuai apa yang di bawa Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. semoga situs ini menjadi sumbangan dalam perjuangan islam. Pesan saya: Ikutilah Jalan Sirotulmustaqim dengan sungguh-sungguh. karena jalan otulah yag termudah menuju Allah dan syurga-Nya. Kurang dan lebihnya blog ini maafin yaa..saran dan kritik bisa kamu kirim ke santrisunny@yahoo.co.id. sukron katsiron telah mampir ke blog ini.. yang mau kirim tulisan silahkan email ke santrisunny@yahoo.co.id

Senin, 05 Oktober 2009

Singkong Obat Rematik

Siapa tak kenal singkong? Tanaman ‘rakyat’ ini bisa dikatakan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Bukan hanya umbinya yang memiliki rasa yang khas, namun daun singkong pun bisa disulap menjadi sayuran yang sangat nikmat.

Sebagai penganan, umbi singkong diminati hampir di semua wilayah di tanah air. Umbi singkong juga dikenal sebagai makanan pokok di daerah-daerah tertentu. Di beberapa daerah, singkong (Manihot utilissima) dikenal dengan berbagai nama, seperti ubi kayee (Aceh), kasapen (Sunda), tela pohong (Jawa), tela belada (Madura), lame kayu (Makassar), pangala (Papua), dan lain-lain.

Tanaman singkong sangat mudah tumbuh. Tumbuhan yang berasal dari Amerika Tropis ini banyak ditanam di pekarangan, tanggul, ataupun sawah. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan stek dari batang singkong tua.

Menurut pakar tanaman obat, Prof Hembing Wijayakusuma, Efek farmakologis dari singkong adalah sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah napsu makan. Bagian yang umum dipakai pada tanaman ini adalah daun dan umbi.

Umbi singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum. Daun mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, forfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi. Sementara kulit batang, mengandung tannin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat.

Selain sebagai makanan, tanaman singkong memiliki berbagai khasiat sebagai obat. Di antaranya obat rematik, sakit kepala, demam, luka, diare, cacingan, disentri, rabun senja, beri-beri, dan bisa meningkatkan stamina.
Mengatasi rematik bisa dilakukan dengan pemakaian dalam dan pemakaian luar.

Pada pemakaian luar, sebanyak 5 lembar daun singkong, 15 gram jahe merah, dan kapur sirih secukupnya, dihaluskan dan ditambahkan air secukupnya. Setelah diaduk, ramuan dioleskan pada bagian tubuh yang sakit. Pada pemakaian dalam, 100 gram batang singkong, 1 batang sereh, dan 15 gram jahe direbus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 400 cc. Lalu, disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.

Mengatasi sakit kepala, daun singkong ditumbuk lalu digunakan untuk kompres. Sebagai obat demam, 60 gram batang pohon singkong, 30 gram jali yang telah direndam hingga lembut direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Ramuan disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.

Mengatasi luka bernanah, batang singkong segar ditumbuk lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit. Untuk luka garukan, singkong diparut lalu ditempelkan pada bagian yang sakit dan diperban.

Obat luka karena terkena benda panas, singkong diparut lalu diperas. Airnya didiamkan beberapa saat hingga patinya mengendap, lalu patinya dioleskan pada bagian yang luka.

Mengatasi diare, 7 lembar daun singkong direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Lalu disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc. Lakukan dua kali sehari.

Obat cacingan, 60 gram kulit batang singkong dan 30 gram daun ketepeng cina direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Lalu disaring dan diminum airnya menjelang tidur. Mengatasi beri-beri, 200 gram daun singkong dimakan sebagai lalap.

Untuk meningkatkan stamina, 100 gram singkong, 25 gram kencur, dan 5 butir angco yang telah dibuang bijinya, diblender dengan menambahkan air secukupnya. Lalu tambahkan madu dan diminum.

purwakarta.org

HP dan Anak Remaja Indonesia

Di sebuah ruang tunggu dokter gigi. Seorang ibu dan anak duduk berdampingan. Si ibu terlihat marenung, entah mungkin menahan sakit. Si anak-seorang gadiis remaja- asyik mengutak-atik HP nya. Bahkan ketika si ibu hendak minum, dia mengambilnya sendiri dengan gontai sementara si anak masih tetap asyik. Selama masa menunggu itu, takada percakapan diantara mereka. Sepi, hanya ada suara jari-jari yang sibuk.

Di sebuah angkutan umum. Seorang ibu dengan dua anak dan barang bawaannya naik angkutan dengan kerepotan. Seorang anak berseragam sekolah dasar duduk tepat di pintu masuk. Tangannya sibuk dengan sebuah HP. Tak ada reaksi dari anak itu melihat kerepotan si ibu. Jangankan inisiatif untuk membantu, menggeser duduknya saja tidak. Jari-jarinya masih terus sibuk.

Di halaman sebuah kampus. Hujan baru saja turun. Pasangan suami istri dan seorang anak balitanya ikut berteduh. Si anak merengek minta duduk. Tapi sayang, tempat duduk sudah penuh mahasiswa yang juga tengah berteduh. dan mereka semua menggenggam HP. Semuanyapun larut konsentrasi dengan HP mereka. Bahkan rengekan si anak yang berubah menjadi tangisan tak menggoyahkan mereka. Jari-jari mereka tetap sibuk.

Di sebuah warung kecil. Seorang ibu akan membeli beberapa bumbu dapur. Sementara si gadis penunggu warung sedang sibuk dengan HP-nya. Beberapa kali dia salah memberi barang yang diminta si ibu. Si ibupun sudah terlihat kesal. Dan si gadis penjaga warung itu masih saja sibuk dengan HP nya.

Empat ilustrasi di atas bukan sebuah rekaan atau bikinan semata. Tapi kejadian-kejadian yang memang nyata terjadi di sekeliling kita, bahkan mungkin sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, dalam bentuknya yang lain. Inilah gambaran paling nyata dan terdekat dengan kondisi remaja kita sekarang ini. Ya, remaja-remaja Indonesia telah berubah menjadi generasi yang begitu gandrung dengan HP—entah itu sekadar ber-SMS ria ataupun yang lebih banyak ber-Facebook-an.

Pemandangan ini niscaya kita temukan di mana saja dan kapan saja. Siang dan malam, di jalanan, di pinggir sekolah, di pelataran parkir, di dalam angkot, di tempat penungguan, di halte bis, dan sebagainya. Mau tidak mau HP telah mengubah wajah remaja kita sekarang ini.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dalam dua tahun belakangan ini harga HP memang sangat terjangkau. Hanya dengan bilangan ratusan ribu rupiah saja, sudah bisa mendapatkan HP yang bisa mengakses internet. Hampir tidak ada remaja yang tak memiliki HP sekarang ini.

Dan harus kita ketahui, di tangan remaja Indonesia sekarang ini, HP telah bergeser fungsinya menjadi sesuatu yang membatasi mereka dalam dunia yang sendirian. Bahkan ketika mereka nongkrong atau kumpul sesama mereka pun, mereka tenggelam asyik dengan HP mereka (kalau sudah begini, apa artinya lagi bersosialisasi secara nyata?). Mereka menjadi pribadi-pribadi yang individualis dan sedikit demi sedikit, rasa empati terhadap sekeliling mereka tergerus. Belum lama ini di sebuah stasiun televisi swasta ada satu iklan yang memperlihatkan seorang anak remaja yang terus-menerus memainkan HP-nya sampai-sampai kemudian dia tidak tahu ada dimana dia berada.

Sekarang, coba sejenak mungkin lihat anak-anak, atau-atau adik kita yang beranjak remaja: ketika mereka berinteraksi dengan HP-nya, seberapa intens? Adakah mereka menjadi sangat tergantung dan terus-menerus memainkan HP-nya? Jika iya, ada baiknya mungkin kita mulai membatasi mereka (atau diri kita sendiri?) dalam berinteraksi dengan HP. (umi/sa)
(eramuslim.com)

Minggu, 04 Oktober 2009

Seruan Bagi Bangsa Arab dan Kaum Muslimin Untuk Melindungi Masjid al-Aqsha

Para Ulama dan pendeta Kristen melayangkan surat kilat kepada para pemimpin Arab dan Kaum Muslimin untuk mendesak mereka agar segera bertindak dan mengambil sikap demi melindungi al-Quds dan tempat-tempat suci umat Islam dan Kristen di sana, setelah para ekstremis Yahudi berusaha menyerbu masjid al-Aqsa hari Minggu yang lalu, yakni ketika Dewan Nasional Palestina tengah membahas isu tersebut pada hari Rabu .

Para tokoh agama menegaskan di dalam sebuah konferensi pers hari Selasa di Kota Ramallah di Tepi Barat bahwa Zionis Israel memutuskan untuk merebut Masjid al-Aqsa. Sedangkan upaya penyerbuan al-Quds pada hari Minggu adalah untuk menguji kemampuan orang-orang Palestina dalam melindunginya.

Sementara itu, Presiden Dewan Islam Tertinggi di Yerusalem, Syekh Ikrimah Sabri menganggap bahwa para polisi (aggressor) bertanggung jawab atas peristiwa yang terjadi di Masjid Al-Aqsa pada hari Minggu lalu.

Sabri mengatakan dalam sebuah pernyataan ke saluran "Al Jazeera" ketika ia memasuki markas polisi agressor di Yerusalem Barat untuk mengklarifikasi bahwa seruannya tersebut bukan merupakan bentuk pelanggaran terhadap kesucian agama dan kebebasan manusia (HAM) dan juga untuk meyakinkan bahwa tuduhan-tuduhan terhadap dirinya adalah batil (tidak benar) dan tidak berdasar.

Dalam konteks yang sama, Dewan Nasional Palestina mengadakan pertemuan – di bawah koordinasi Organisasi Pembebasan Palestina - di ibukota Yordania Amman pada hari Rabu untuk membahas bentrokan yang terjadi baru-baru ini di Masjid al-Aqsa.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Dewan bahwa Para peserta yang hadir akan membahas tentang perkembangan terakhir mengenai situasi yang memburuk di Yerusalem dan serangan yang terus menerus dilancarkan oleh Zionis terhadap al-Quds.

Di sisi lain, 21 orang wakil di parlemen Yordania menuntut pemerintah untuk memberlakukan rancangan undang-undang yang menghapuskan/ membatalkan perjanjian damai dengan Zionis, dan mereka juga menyerukan untuk menutup kedutaan Israel di Amman dan mengusir duta besar Israel dari Negara tersebut.

Begitu juga Representasi orang-orang yang mengatasnamakan “Kelompok Persaudaraan” mengecam dalam sebuah pernyataan yang mereka keluarkan pada hari Selasa atas upaya orang-orang Yahudi menyerbu Masjid al-Aqsha, dan menganggapnya sebagai "Deklarasi perang" terhadap negara Islam secara keseluruhan

Sebelumnya, pemerintah Yordania mengutuk tindakan ekstrimis Yahudi untuk menyerbu Masjid Al-Aqsa dan melayangkan sebuah surat protes/ kutukan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di Masjid al-Aqsa

Sumber-sumber Palestina mengatakan bahwa pasukan pendudukan Israel semalam menangkap lima puluh warga Palestina di Yerusalem, sebagaimana polisi Israel juga menegaskan bahwa mereka telah melancarkan kampanye penangkapan, termasuk 13 warga Palestina, sebagai alasan untuk menghadapi peringatan ulang tahun Intifadah al-Aqsha yang ke-9 yang tercetus pada tahun 2000 setelah penyerbuan mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon's ekstremis terhadap Masjid al-Aqsa.

Polisi Israel menambahkan bahwa mereka akan tetap bersiaga di kota.

Setelah peristiwa di Masjid al-Aqsha pada hari Minggu, semua pemerintah Palestina di Gaza dan pemerintah sementara di Tepi Barat menyerukan Negara-negara Arab dan negara-negara Islam untuk mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman ke Yerusalem. (istod/an)
(www.alsofwa.or.id)

Siapa Yang Bersedia Mengemban Panji Tauhid

Tatkala menyaksikan realita kedukaan penuh nestapa lagi memilukan, yang menimpa sebagian besar kaum muslimin, tentunya hati seorang mukmin akan merasakan suatu ke-pedihan dan bahkan keputus asaan. Hatinya akan semakin bertambah pilu manakala menyaksikan bahwa ternyata mereka adalah sekelompok pribadi yang mudah sekali diombang-ambingkan berbagai perbu-atan bid’ah dan syirik.

Yang mereka perbuat hanyalah mengu-mandangkan wirid-wirid bid’ah dan senan-dung puja-puji syirik sambil melenggak-leng-gokkan kepala, terlebih lagi apabila diiringi gemerincing rebana, tatkala mereka mempe-ringati malam-malam yang mereka duga se-bagai malam maulid.

Ternyata, hal ini dikerjakan secara komu-nal dan berjama’ah, sehingga gemanya saling bersahutan, bagaikan air bah yang menerjang deras. Mereka keramatkan kuburan-kuburan dan beristighātsah kepadanya, dan mengusap wajah-wajah mereka dengan tanah kuburan tersebut sambil berguling-guling dan meme-gang tirai atau kelambu kuburan tersebut. Bahkan terdengar pula teriakan nyaring saling bersahutan yang meluncur deras lagi keras dari mulut mereka, baik laki-laki maupun pe-rempuan, yaitu teriakan kotor:

“Wahai fulan, berilah kami pertolongan...! Wahai fulan, berilah kami rezeki…....”!!!

Terkadang di antara mereka ada yang sam-pai harus menempuh perrjalanan jauh selama berhari-hari dan dengan menahan rasa penat yang tidak sedikit, tiada lain hanya untuk me-nepati nadzar mereka untuk menyembelih kurban di hadapan suatu kuburan keramat, seraya berharap mendapatkan pahala dan berkah, serta berharap memperoleh bantuan dan pertolongan.

Subhānallah!...Sudah begitu parahkah gambaran Islam yang ada dalam benak orang-orang sesat tersebut? Sesungguhnya hal ini merupakan salah satu hasil penja-jahan dan konspirasi jahat (atau bualan) yang dilakukan oleh kaum Darwisy (pe-muka Sufi) dengan beragam kesyirikan yang mereka jajakan sebagai barang da-gangan yang ditujukan kepada mayoritas kaum muslimin. Dan betapa mengenas-kannya kenyataan ini apabila kita analo-gikan dengan gambaran kehidupan jahi-liyyah pada generasi sebelumnya!

Maka, bagaimana mungkin kita dapat merasakan nikmatnya makan dan minum, sementara kita masih terus menyaksikan khurāfāt ini banyak dipamerkan oleh ke-banyakan kaum muslimin yang awam?

Dan masih mungkinkah bagi kita un-tuk merasakan kenikmatan hidup, semen-tara kesesatan ini masih terus menghing-gapi hati-hati mereka, yang merupakan wujud persekongkolan jahat kaum Dar-wisy, para ahli khurāfāt dan para durjana penyebar kerusakan?

Sesungguhnya kaum muslimin (sau-dara kita) yang banyak terjatuh dalam perbuatan ini adalah amanat (dakwah) yang diembankan kepada kita, maka di manakah para ulama serta di manakah para da'i dan reformis dakwah, baik yang ada di barat maupun di timur?

Apa sajakah yang telah kita korbankan untuk memaparkan dan menjelaskan se-cara gamblang misi utama agama ini, yaitu menegakkan panji tauhid dan syahādāt?

Sesungguhnya panji tauhid adalah panji utama yang diperjuangkan oleh para nabi, sebagaimana Allah swt berfirman:

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku” [QS. al-Anbiyā' (21): 25]

Panji ini merupakan wasiat yang diestafet-kan Rasulullah saw kepada Mu'adz bin Jabal ketika diutus menjadi duta da'wah ke Yaman, yaitu untuk memulai dakwahnya dari hal yang paling penting hingga yang penting be-rikutnya, di mana beliau bersabda:

(( إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَ لَيْلَةٍ........ ))

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab, oleh karena itu ketika engkau berada di hadapan mereka maka ajaklah mereka untuk bersaksi dengan Lā Ilāha Illallah dan bahwa Muhammad adalah rasulullah. Dan apa-bila mereka menyambut ajakanmu tersebut, maka beritahukanlah kepada mereka tentang perintah Allah, yaitu kewajiban mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari-semalam…” [HR. al-Bukhāri dalam Kitāb al-Zakāh Bāb Wujūb al-Zakāh (3/261) No. 1395, dan Muslim dalam Kitāb al-Īmān, Bāb al-Du'ā ilā' al-Sya-hādatayn (1/50) No. 19]

Bahkan meskipun di saat sedang meregang nyawa menghadapi sakaratul maut, beliau tetap mengobarkan panji tauhid tersebut, yaitu dengan memperingatkan ummatnya tentang bahaya perbuatan syirik, di mana beliau ber-sabda:

لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهُوْدِ وَ النَّصَارَى، اِتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ

“Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nash-rani karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabinya sebagai masjid (keramaian, tempat ibadah atau wisata religius)” [HR. al-Bu-khāri dalam Kitāb al-Maghāzī Bāb Maradh al-Nabiy saw (8/140) No. 4445, dan Muslim dalam Kitāb al-Masājid wa Mawādhi' al-Shalāh Bāb al-Nahyi ‘an Binā’i al-Masājid 'alā al-Qubūr (1/377) No. 531]

Alangkah berharapnya ummat ini ter-hadap wasiat semacam ini? Dan alangkah berharapnya ummat ini untuk dapat me-megang teguh wasiat ini dengan seopti-mal mungkin? Hal ini tiada lain dikare-nakan keuniversalan dan keagungan misi tauhid merupakan titik tolak utama dari perjalanan sebuah da'wah, dan merupa-kan tanggung jawab da'wah paling asasi yang harus diberikan porsi yang sangat memadai.

Sudah sepantasnya bagi seorang mus-lim untuk berduka-cita dengan sangat mendalam, manakala dia merasakan bah-wa misi utama kehidupannya hanyalah menyibukkan diri dari hal yang kurang utama, atau bahkan malahan dengan me-lalaikan hal yang utama tersebut. Atau ketika hidupnya hanya berputar dari satu logika filsafat mantiq ke logika lainnya, dan bahkan dengan melalaikan misi tauhid!

Sebaliknya, terkadang kitapun men-jumpai sekelompok da'i yang memiliki kesensitifan da'wah dan kesungguhan untuk mengemban misi tauhid, namun mereka melakukan beberapa kesalahan, yaitu keinginan meniti jalan tauhid namun dengan membuat orang lain berpaling dan lari dari dakwahnya. Maka. Alangkah nikmatnya apabila kita dapat menyan-dingkan dua hal yang berbeda sebagai-mana gambaran tersebut di atas, yaitu meniti kemurnian manhaj (dengan meng-utamakan misi tauhid) dan memiliki ke-cakapan dalam mempergunakan sarana (dengan tidak membuat orang lain ber-paling)!



Maka, siapakah yang bersedia mengemban panji tauhid ini?





وَ رَوَى الْبَغَوِيُّ فِي الصَّحَابَةِ أَنَّ النُّعْمَانَ بْنَ قَوْقَلٍ قَالَ يَوْمَ أُحُدٍ: أَقْسَمْتُ عَلَيْكَ يَا رَبِّ أَنْ لاَ تَغِيْبَ الشَّمْسُ حَتَّى أَطَأَ بِعُرْجَتِيْ فِي الْجَنَّةِ، فَاسَتُشْهِدَ ذَلِكَ الْيَوْمَ، فَقَالَ النَّبِيُّ : (( لَقَدْ رَأَيْتُهُ فِي الْجَنَّةِ ))



al-Baghawiy meriwayatkan tentang seorang al-Shahābah bahwa al-Nu`mān bin Qawqal berkata saat perang Uhud: “Aku bersumpah kepada-Mu, ya Rabb, agar

matahari tidak terbenam, sebelum aku berhasil menggapai tanggaku di dalam syurga”. Kemudian beliaupun mati syahid pada hari itu. Maka, Rasulullah saw bersabda mengenai diri al-Nu`mān: “Sesungguhnya aku melihatnya telah berada di dalam syurga” (Fath al-Bāriy: 6/51 dan ‘Awn al-Ma`būd: 7/281)



عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ:

( سَيَأْتِيْ نَاسٌ يُجَادِلُوْنَكُمْ بِشُبُهَاتِ الْقُرْآنِ

فَخُذُوْهُمْ بِالسُّنَنِ فَإِنَّ أَصْحَابَ السُّنَنِ أَعْلَمُ بِكِتَابِ اللهِ )

‘Umar bin al-Khaththāb ra berkata: “Pada suatu waktu akan muncul

satu golongan yang mendebat kalian (Ahlus Sunnah) dengan syubuhat

al-Qur’an, maka bantahlah mereka dengan sunnah, karena Ahlus Sunnah

adalah orang-orang yang paling mengerti al-Qur’an” (al-Syarī’ah: 181)



سَأَلَ رَجُلٌ الشَّافِعِيَّ فَقَالَ: يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ، أَيُّمَا أَفْضَلُ لِلرَّجُلِ: أَنْ يُمَكَّنَ أَوْ يُبْتَلَى: فَقَالَ الشَّافِعِيُّ: لاَ يُمَكَّنَ حتى يُبْتَلَى، فَإِنَّ اللهَ ابْتَلَى نُوْحًا وَ إِبْرَاهِيْمَ وَ مُوْسَى وَ عِيْسَى وَ مُحَمَّدًا صَلَوَاتُ اللهِ وَ سَلاَمُهُ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ، فَلَمَّا صَبَرُوْا مَكَّنَهُمْ، فَلاَ يَظُنُّ أَحَدٌ أَنْ يَخْلُصَ مِنَ اْلأَلَمِ الْبَتَّةَ



Seseorang bertanya kepada Imam al-Syāfi`iy: “Wahai Abu ‘Abdillah! Manakah yang lebih utama bagi seseorang: Diberi kekuasaan ataukah diberi ujian? Beliau menjawab: Seseorang tidak akan diberi kekuasaan sebelum dia diberi ujian.

Sesungguhnya Allah telah memberikan ujian kepada Nuh, Ibrahim, Musa, ‘Isa dan Muhammad –semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam-Nya kepada mereka semua–. Ketika mereka bersabar menghadapinya, maka Allah akan memberikan kekuasaan kepada mereka. Oleh karena itu, janganlah seseorang mengira bahwa dia bisa lepas dari bencana sedikitpun” (al-Fawā’id: 227)
(Hasmi.org)

Harga Sebuah Kepimpinan

Dewasa ini telinga kita semakin akrab dengan berita-berita para tokoh masyarakat yang berlomba-lomba mencalonkan dirinya sebagai pejabat, baik sebagai bupati, gubernur,dan seterusnya.

Bahkan di salah satu kota di jawa barat ada seorang calon bupati yang bermurah hati dengan mencetak kitab suci al Qur'an sekian ribu exemplar dengan biaya pribadinya. Tapi dengan catatan di cover belakang kita suci tersebut terpampang dengan jelas fhotonya dengan imbauan kepada masyarakat untuk memilih dirinya sebagai bupati periode yang akan datang.



Ini membuat kita jadi bertanya-tanya, kenapa mereka begitu giatnya memburu jabatan yang pada hakikatnya adalah amanah? Ada apakah dibalik jabatan tersebut? Apakah mereka menganggap jabatan tersebut sebagai lahan basah yang menjanjikan keuntungan materi-materi?



Apakah mereka berfikir bahwa dengan mengemban jabatan tersebut maka mereka akan dapat dengan leluasa menggunakan harta ummat untuk kepentingan pribadi dan keluarganya? Jika itu yang terlintas dalam benak mereka, maka berarti mereka belum memahami hakikat amanah dan konsekwensi-konsekwensi yang ada dibalik amanah itu. Baik konsekwensinya di dunia maupun di akhirat kelak.



Adapun konsekwensinya di dunia, ia harus bekerja keras dan bersungguh-sungguh untuk menunaikan amanah tersebut sekuat tenaganya. Inilah Umar bin al Khattab ra seorang khalifah yang rasyid, di malam hari yang gelap beliau memikul sendiri sekarung gandum dari baitul maal untuk diberikan kepada janda miskin dan anak-anaknya yang kelaparan pada malam itu.



Beliau memiliki kepedulian yang tinggi sekaligus khasyyah (rasa takut) yang sangat akan hisab (balasan) akhirat. Beliaulah yang pernah berkata; "Seandainya ada seekor kambing di Syam yang tergelincir hingga jatuh ke jurang, niscaya aku akan ditanya pada hari kiamat kelak, kenapa tidak engkau perbaiki jalan tersebut?"



Sedangkan konsekwensi di akhirat adalah pertanggungjawaban yang berat dan balasan atau hukuman yang mematikan. Jika amanah tersebut ditunaikan dengan baik dan membuat Allah ridha, maka ia termasuk ibadah yang paling agung. Tapi jika tidak demikian, maka ia termasuk musibah yang paling besar.



Abdurrahman bin Sa'ad as Sa'dy rahimahullah berkata; "Rasulullah saw mengangkat seorang laki-laki dari suku Azdi yang bernama Ibnu al Lutbiyah sebagai petugas pemungut zakat. Setelah datang (dari tugasnya) ia berkata; "Ini untuk kalai dan ini hadiah untuk saya" kemudian Rasulullah Salallahu alihi Wasalam berdiri di atas mimbar lalu memuji dan menyanjung Allah Subhanahu Wata'ala lantas berkata; "'Amma ba'du, sesunguhnya saya mengangkat salah seorang dari kalian untuk melaksanakan pekerjaan dari apa yang saya diberi wewenang oleh Allah, lalu ia datang (dari tugasnya) dan berkata; "ini untuk kalian dan ini hadiah yang dihadiahkan orang kepadaku" Mengapa dia tidak duduk saja di rumah ayahnya atau ibunya sehingga dating kepadanya hadiah tersebut jika ia benar-benar demi Allah, tidaklah seseorang dari kalian mengambil sesuatu yang bukan haknya kecuali ia akan datang menghadap Allah sambil membawa apa yang diambilnya itu pada hari kiamat.



Maka jangan sampai nanti saya melihat salah seorang dari kalian menghadap Allah dengan membawa onta yang mengeluarkan suaranya, atau sapi yang bersuara, atau kambing yang mengembik" Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sampai terlihat kedua ketiaknya yang putih lalu bersabda; "Ya Allah, bukankah telah aku sampaikan? (beliau mengulang kata-katanya itu sebanyak tiga kali). (HR. Bukhary dan Muslim).



Abdullah bin 'Amru bin 'Ash ra berkata; "Dalam rombongan Rasululah Salallahu alihi Wasalam ada seorang laki-laki yang bernama Kirkirah. Kemudian ia mati, maka Rasulullah Salallahu alihi Wasalam bersabda; "Dia di neraka" Lalu para sahabat pergi untuk melihat, ternyata mereka mendapatinya telah mencuri mantel (dari ghanimah -rampasan perang- milik kaum muslimin)" (HR. Bukhary).



Dalam hadist lain Rasulullah Salallahu alihi Wasalam bersabda; "Barangsiapa yang kami angkat dari kalangan kalian untuk menangani suatu pekerjaan (jabatan) lalu ia menyembunyikannya (menggelapkan) kepada kami sebatang jarum atau yang lebih dari itu, maka itu adalah ghuluw (barang curian) yang nanti pada hari kiamat ia akan datang membawanya" (HR. Muslim).



Demikian beratnya konsekwensi sebuah jabatan sehingga Rasulullah Salallahu alihi Wasalam pernah bersabda kepada salah seorang sahabatnya yang bernama Abdurrahman bin Samurah Radiallahu Anhu; "Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan (jabatan)! Karena sesungguhnya jika engkau diberi kepemimpinan tersebut karena permintaanmu maka engkau akan diserahkan kepadanya (tidak ditolong oleh Allah), akan tetapi jika engkau diberi tanpa meminta maka engkau akan dibantu melaksanakannya" (HR. Bukhary dan Muslim).



Jika amanah tersebut ditunaikan dengan baik dan membuat Allah ridha, maka ia termasuk ibadah yang paling agung. Tapi jika tidak demikian, maka ia termasuk musibah yang paling besar.



(hasmi.org)

Tahapan Hukum Jihad

Hukum jihad telah datang secara bertahap menurut hikmah Allah dan kehendak-Nya. Kita tidak tahu secara pasti apakah hikmah penahapan itu. Tetapi yang jelas menurut pandangan manusia dan istinbath para ulama, kita dapati hubungan yang erat antara penahapan dengan perbedaaan kondisi yang ada antara satu tahap dengan lainnya.

Tahap Pertama :

Pada tahap ini yang pada umumnya adalah marhalah Makkiyah, Rasulullah melarang para shahabatnya untuk berjihad. Dengan kata lain, jihad diharamkan :


“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka :Tahanlah tangan kalian (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat! Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari takutnya.

Mereka berkata : Ya Rabb kami mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami. Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa wqktu lagi. Katakanlah : Kesenangan di dunia hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa dan kalian tidak akan dianiaya sedikitpun” (Qs. An-Nisaa’ [4]:77)

“Dan tidak Kami menciptakan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya, melainkan dengan benar-benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik” (Qs. Al-Hijr [15]:85)
Ketika para shahabat berkata :


“Sewaktu kami masih musyrikin kami dalam berada kejayaan. Dan ketika kami telah beriman, kami malah menjadi hina dan rendah”
Maka Rasulullah bersabda :


“Aku diperintahkan untuk berdamai, janglah kalian memerangi” (HR. An-Nasa’i, Al-Baihaqi dan Al-Hakim dalam Mustadarak atas syarat Al-Bukhari serta disetujui oleh Adz-Dzahabi)
Dalam sebuah hadits shahih pada Al-Musnad Imam Ahmad disebutkan bahwa Ahlul Yatsrib (setelah masuk Islam) meminta izin kepada Rasulullah untuk menyerang kaum musyrikin yang ada di Mina’ (waktu haji), maka Rasulullah bersabda :
“Aku tidak diperintahkan berbuat demikain”
……………
“Katakanlah kepada orang-ornag yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang ynag tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-Jaatsiyah [45]:14)
……………
“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Rabbmu; tidak ada Ilah selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”(Qs. Al-Ana’am [6]:106)


Tahap Kedua :


Pada tahap ini jihad tidak dilarang dan tidak diperintahkan, tetapi hanya diizinkan.

“Sesungguhnya Allah memberla orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat; telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena seseungguhnya mereka telah dianiaya.

Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali mereka telah berkata : Rabb kami hanyalah Allah.

Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Perkasa”. (Qs. Al-Hajj [22]:38-40)
Untuk menyimak perkataan-perkataan salaf tentang ayat ini, bisa disimak pada tafsir Ibnu Katsir.



Tahap Ketiga :


Pada tahap ini jihad diwajibkan hanya untuk orang-orang yang memerangi kaum muslimin saja. “Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada suatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu ,lalu pastilahlah mereka memerangimu.

Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk melawan dan membunuh) mereka. Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman daripada kamu dan aman (pula) dari kaumnya.

Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), mereka terjun ke dalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dimana saja kamu menemui mereka, merekalah orang-orang yang kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh mereka)
(Qs. An-Nisaa’ [4]:90-91)

Tahap Keempat :

Di tahap ini jihad telah mewajibkan untuk memerangi semua orang-orang kafir secara umum sampai mereka beriman atau membayar jizyah secara terhina. Marhalah ini dimulai empat bulan setelah haji tahun kesembilan hijriyah.


“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. At-Taubah [9]:5)
…………….
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk” (Qs. At-Taubah [9]:29)


Untuk menyimak fakta-fakta salafush shalih tentang pembagian penahapan ini bisa dilihat dalam buku Ahamiyyah Al-Jihad yang disusun oleh Syaikh ‘Ali Al-‘Ulyani hal. 144-147. Di sini cukup kita hanya menukil perkataan Ibnu Taimiyyah dalam buku Al-Jawab Ash-Shahih Liman Baddla Din Al-Masih jilid 1 hal. 74 :


”Pada mulanya Rasulullah saw diperintahkan untuk menjihadi orang-orang kafir dengan lisannya dan bukan dengan tangannya. Mendakwahkan, menasehati, dan ber-jidal dengan mereka dengan cara yang sebaik-baiknya serta menjihadi mereka dengan Al-Qur’an, jihadan kabira. Allah berfirman dalam surat Al-Furqan (Makiyyah).


“Janganlah sekali-kali engkau taati orang-orang kafir itu dan jihadilah mereka dengan jihad yang besar (jihadan kabira)”. Ketika itu Beliau saw diperintahkan untuk tidak memerangi mereka, dikarenakan ketidaksanggupan dan ketidaksanggupan kaum muslimin untuk mengerjakan yang demikian. Kemudian, setelah beliau hijrah ke Madinah dan mempunyai pengikut-pengikut, diizinkanlah beliau untuk berjihad.



Ketika kaum muslimin telah menjadi kuat, mereka diperintakan memerangi orang-orang kafir yang memusuhi mereka dan tidak diperintahkan orang-orang yang tidak memusuhi mereka, karena kaum muslimin waktu itu tidak sanggup untuk memerangi seluruh orang-orang kafir. Ketika kota Mekkah telah dibebaskan dan peperangan dengan Quraisy serta raja-raja Arab sudah berhenti dan utusan-utusan Arab sudah masuk Islam, maka Allah pun memerintahkan kaum muslimin untuk memerangi semua orang-orang kafir, kecuali yang mempunyai perjanjian sementara. Sedangkan perjanjian yang tidak terbatas semuanya dibatalkan”.

Para ulama Islam dari masa salafush shalih sampai khalaf telah bersepakat bahwa setiap hukum dari keempat macam hukum jihad tadi harus diterapkan pada kondisi yang pantas. Bukan harus menerapkan hukum di masa lemah atau menerapkan hukum pertama di masa kekuatan dan kejayaan serta bukan juga yang satu telah membatalkan yang lain secara mutlak. (www.hasmi.org)

BERITA TERKINI

Rabu sore kemarin (02/12), otoritas penjajah Zionis memberikan surat resmi kepada Kepala Badan Tertinggi Islam di Al-Quds, yang isinya melarang khatib masjid Al-Aqsha Syekh Ikrimah Shabri untuk masuk masjid Al-Aqsha selama 6 bulan ke depan.

Ketika Syekh Shabri baru saja pulang dari Saudi kemarin, otoritas Zionis langsung memanggilnya untuk diinterogasi. Karena kelelahan sebab baru saja pulang dari perjalanan jauh, Syekh Shabri sempat meminta pengacarnya Khalid Zabariqah untuk mengundur waktu ke hari lain untuk memenuhi panggilan Zionis itu.

Akan tetapi Zionis menolak untuk menunda dan mengancam akan menangkap Syekh Shabri jika tidak segera memenuhi panggilan otoritas Zionis. Oleh karena itu, Syekh Shabri terpaksa segera menuju ruang intelijen No. 4 yang berada di pusat penahanan dan penyelidikan "Compound" sebelah Barat Al-Quds, untuk menerima keputusan pelarangannya memasuki masjid Al-Aqsha.

Sebelumnya beberapa hari yang lalu, otoritas penjajah Zionis juga mengeluarkan beberapa keputusan yang menjauhkan hak pribadi, nasional, agama, dan lembaga-lembaga dari masjid Al-Aqsha. (Sn/ikh/myj)

eramuslim.com