Siapa pun dalam hidup ini tidak meniti jalan Allah yang lurus, pasti dia tersesat. tersesat jauh tanpa menyadarinya. oleh karena itu ketahuilah rambu-rambu Jalan Allah yang lurus dan jangan sekali-kali melanggarnya sehingga kita selamat sampai tujuan Jannah Allah swt. Rambu-rambu tersebut adalah:
A. Tauhidulloh (Mengesakan Alloh swt).
Tauhid adalah mengesakan Alloh swt dalam rububiyah-Nya, yaitu dalam perbuatan-perbuatan ketuhanan-Nya, mengesa-kan dan memuliakan nama-nama dan sifat-sifat Nya serta mengesakan Alloh swt sebagai satu-satunya Ilah (sembahan) yang haq.
Mencampurkan Tauhid dengan kesyirikan adalah kesesatan terbesar yang mengekalkan seseorang di neraka Jahannam. (Na’udzubillahi mindzalik).
Ittiba’ berarti “pengikutan”. Ittiba’ yang dimaksud sebagai dasar agama Islam adalah pengikutan kepada Rosululloh saw dalam memahami Islam dan menerapkannya. Karena Rosululloh saw sendiri semata-mata mengikuti wahyu Ilahi, maka pada hakikatnya ittiba’ adalah mengikuti wahyu dari Alloh swt.
Penyelisihan rambu ini akan menghantarkan kepada amal-amal bid’ah yang menyengsarakan pelakunya di dunia dan akhirat.
Salah satu rambu sirotul mustaqim yang sangat penting adalah menimba pemahaman Islam atau hidayah dari sumber yang benar. Satu-satunya sumber yang mutlak benar dalam Islam adalah wahyu Alloh swt yang berbentuk al-Qur’an dan Hadits. Ketika seseorang menimba Islam dari sumber yang salah, maka otomatis dia akan tersesat.
Ahlus sunnah berpegang teguh kepada pemahaman dan metode pemahaman para sahabat, karena mereka adalah generasi yang telah mendapat “serfitikat kebenaran” dari Alloh swt melalui banyak ayat-ayat al-Qur’an. Demikian pula jika mereka telah berijma’ terhadap suatu masalah, maka ijma’ mereka adalah suatu yang wajib diikuti dan tidak boleh memilih pilihan lain selain pilihan mereka.
Selain memberikan “sertifikat kebenaran” tersebut, Alloh pun telah mengancam orang-orang yang menyelisihi mereka.
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Alloh.” [QS. Ali ‘Imron (3): 110]
“Sesungguhnya Alloh telah rido terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” [QS. al-Fath (48): 18]
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kalian telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah men-dapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguh-nya mereka berada dalam penentangan (kesesatan). Maka Alloh akan menangani mereka. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. al-Baqoroh (2): 137]
Dalam usaha mereka untuk merobohkan rambu ini, Syi’ah telah menjalankan dua strategi busuk dan beracun:
Memburuk-burukan dan meragu-ragukan keabsahan kedu-dukan para sahabat dengan cerita-cerita dusta atau hadits-hadits shohih yang diarahkan pengertiannya ke arah yang salah atau logika yang pada pandangan awal tampak benar dan kuat, tetapi ketika dibahas secara akal sehat dan dalil-dalil yang benar, akan tampak kelemahannya yang sangat jelas.
Semua syubhat-syubhat mereka dalam hal ini telah terjawab secara gamblang oleh ulama Ahlus Sunnah.
Mengajukan ahlulbait sebagai standar pengikutan untuk menggantikan peranan para sahabat dalam hal ini. Kemudian menentukan (seenak mereka) siapa yang ahlulbait dan siapa yang bukan ahlulbait. Setelah mengharuskan pengikutan kepada ahlulbait, merekapun mulai mengajukan “hadits-hadits” ahlulbait, yang kebanyakan adalah ciptaan mereka (syi’ah) sendiri.
Mereka mengklaim kecintaan kepada ahlulbait, padahal nenek moyang yang mereka agungkan adalah musuh-musuh ahlulbait.
Semuanya, baik pemuliaan atau pengikutan harus ditunduk-kan pada petunjuk wahyu bukan kepada “perasaan” atau “logika akal” yang tidak terbimbing oleh wahyu Ilahi. Faktor keturunan tidak pernah menjadi legitimasi pengikutan di dalam Islam, sejak nabi Adam as sampai Nabi Muham-mad saw.
Syubhat-syubhat syi’ah dalam hal inipun sudah terjawabkan dengan sangat memuaskan oleh ahlus sunnah wal jama’ah.
Catatatan:
Untuk menjadi lebih terang, jika seseorang telah terkena syubhat, hendaknya membaca banyak jawaban Ahlus Sunnah atas syubhat-syubhat Syi’ah dan kritikan-kritikan mereka.
bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar