SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Situs sunankudus.blogspot.com, yang menyajikan Site Bernuansa Islami berisikan Hikmah Al-qur'an dan Mutiara Hadits, insya Allah dapat memberikan kesejukan hati dan ketentraman jiwa bagi anda yang mengunjungi Site ini. Membawa Anda kepada pemahaman Islam yang benar sesuai apa yang di bawa Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. semoga situs ini menjadi sumbangan dalam perjuangan islam. Pesan saya: Ikutilah Jalan Sirotulmustaqim dengan sungguh-sungguh. karena jalan otulah yag termudah menuju Allah dan syurga-Nya. Kurang dan lebihnya blog ini maafin yaa..saran dan kritik bisa kamu kirim ke santrisunny@yahoo.co.id. sukron katsiron telah mampir ke blog ini.. yang mau kirim tulisan silahkan email ke santrisunny@yahoo.co.id

Rabu, 29 Oktober 2008

Penjelasan Tentang Iman

al-Iman secara bahasa berarti kepercayaan. Sedangkan secara istilah, iman adalah suatu keadaan yang didasarkan pada keyakinan dan menca-kup segi-segi perkataan dan perbuatan. Yaitu perkataan hati dan lisan, serta perbuatan hati dan anggota badan. Perkataan hati adalah ilmu yang diyakini. Perbuatan hati, seperti niat yang ikhlash, kecintaan kepada Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–, takut kepada-Nya, tawakkal dan lainnya. Perkataan lisan seperti dua kalimat syahadat, tasbih dan istighfar. Per-buatan anggota badan seperti shalat, haji dan lainnya[2].

.Apabila kata-kata “iman” disebutkan secara mutlak, yaitu sendirian, tanpa digabungkan dengan kata-kata lainnya, seperti kata-kata amal sesudahnya, maka yang dimaksud adalah arti “iman” yang sempurna, yang mencakup perkataan dan perbuatan (hati, anggota badan dan lisan) seperti yang telah dijelaskan.

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ

“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian.[QS. al-Baqarah (2): 143]

Tafsir ayat di atas, bahwa “Ketika kiblat kaum muslimin dirubah dari arah Baitul Maqdis ke arah Makkah (Ka’bah), mereka bertanya-tanya tentang status sha-lat mereka selama ini. Maka pertanyaan tersebut dijawab oleh ayat di atas. al-Iman dalam ayat ini berarti as-shalat. Shalat adalah suatu amal yang terdiri dari perbuatan dan perkataan hati, serta anggota badan dan lisan.”

Imam al-Hulaymiy –Rahimahullah– berkata[3]:

( أَجْمَعَ الْمُفَسِّرُوْنَ عَلَى أَنَّهُ أَرَادَ صَلاَتَكُمْ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ، فَثَبَتَ أَنَّ الصَّلاَةَ إِيْمَانٌ، وَإِذَا ثَبَتَ ذَلِكَ، فَكُلُّ طَاعَةٍ إِيْمَانٌ إِذَ لَمْ أَعْلَمْ فَارِقًا فِي هَذِهِ التَّسْمِيَةِ بَيْنَ الصَّلاَةِ وَسَائِرِ الْعِبَادَاتِ )

“Para ahli tafsir telah ijma` bahwa yang dimaksud dengan ungkapan īmā-nakum pada ayat tersebut adalah shalat kalian yang berkiblat ke arah Baitul Maqdis. Di sini terbukti bahwa shalat dinamakan dengan iman. Jika demi-kian halnya, maka semua amal ketaatan adalah iman, karena tidak ada bedanya antara shalat dengan amal ibadah lainnya dalam penamaannya (sebagai bagian iman).”

Dalam shahih Bukhari No. 4057; Muslim No. 23; Sunan Abu Dawud No. 3692; Tirmidzi No. 1525 dan Nasa’i No. 4945, ada sebuah hadits yang diriwa-yatkan oleh Ibnu `Abbas –Radhiyallahu ‘anhumā– dari Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–, bahwa beliau bersabda kepada utusan Bani ‘Abdul Qais:

(( آمُرُكُمْ بِالإِيْمَانِ بِاللهِ وَحْدَهُ، قَالَ: أَتَدْرُونَ مَا بِالإِيْمَانِ بِاللهِ وَحْدَهُ، شَهَادَةُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَأَنْ تُعْطُوا الْخُمُسَ مِنِ الْغَنَائِمِ ))

“Aku memerintahkan kalian untuk beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Tahukah kalian apa arti beriman kepada Allah Yang Maha Esa? Yaitu syaha-dat La Ilaha Illallah, tiada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan dan mem-bayar seperlima ghanimah (harta rampasan perang).”

Dalam hadits di atas dengan tegas dijelaskan bahwa perkataan lisan dan perbuatan anggota badan adalah iman atau bagian dari iman. Sudah tentu perkataan dan perbuatan badan tersebut harus disertai iman yang ada dalam hati, karena apabila tidak, maka keadaan seperti ini tidaklah dapat disebut sebagai iman[4].

Demikian juga hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi No. 2539; Nasa’i No. 4918; Ibnu Majah No. 560; serta diriwayatkan pula oleh Bukhari No. 8 dan Muslim No.50; dengan lafadz yang berbunyi:

(( اَلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَ سَبْعُوْنَ –سِتُّوْنَ– شُعْبَةً وَأَعْلاَهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ وَالْحَيَاءُ مِنَ الإِيْمَانِ ))

“Iman mempunyai lebih dari 70 atau 60-an cabang. Yang tertinggi adalah ucapan La Ilaha Illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan (kotoran) dari jalanan, sedangkan (rasa) malu termasuk bagian dari iman.”

Ucapan “La Ilaha Illalah” adalah perkataan lisan, menyingkirkan gangguan adalah perbuatan anggota badan dan rasa malu adalah perbuatan hati.

. Apabila kata-kata “iman” tidak berdiri sendiri (yaitu digabungkan atau didahului oleh kata-kata ”Islam” atau ”amal shaleh”), maka yang dimak-sud iman berarti perkataan dan perbuatan hati saja, dan tidak mencakup perbuatan dan perkataan anggota badan.

Ketika Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– ditanya oleh malaikat Jibril `Alayhi as-salām tentang arti Islam dan Iman, maka beliau menjawab bahwa arti Islam adalah rukun Islam yang lima (yaitu amal serta perkataan anggota tubuh dan lisan) dan arti iman adalah rukun iman yang enam (yaitu amal dan perkataan hati), yaitu:

a. Iman kepada Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–,

b. Iman kepada para malaikat,

c. Iman kepada kitab-kitab,

d. Iman kepada para rasul,

e. Iman kepada hari akhir,

f. Iman kepada al-qadar, baik dan buruknya dari Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–.

Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:

(( اَلإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ))

"Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan hari akhir, serta beriman kepada qadar (takdir) yang baik dan yang buruk.” (HR. Muslim No. 8; Tirmidzi No. 2613 dan Abu Dawud No. 4695)

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajah kalian ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari ke-mudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi….” [QS. al-Baqarah (2): 177]

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar.” (QS. al-Qamar (54): 49)



[1] Hilyah al-Awliya’ 8/95, al-Bidayah wa an-Nihayah 10/199 dan Madarij as-Salikin 2/89.

[2] Lihat: Iman Menurut Ahlus Sunnah wal Jama`ah terbitan HASMI.

[3] al-Minhāj fī Syu’ab al-Īmān 1/37, al-Īmān oleh Imam Ibnu Mundah 1/329 dan Syu’ab al-Īmān oleh Imam al-Bayhaqiy 1/121.

[4] Syarh al-‘Aqīdah ath-Thahāwiyyah hal. 389.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERITA TERKINI

Rabu sore kemarin (02/12), otoritas penjajah Zionis memberikan surat resmi kepada Kepala Badan Tertinggi Islam di Al-Quds, yang isinya melarang khatib masjid Al-Aqsha Syekh Ikrimah Shabri untuk masuk masjid Al-Aqsha selama 6 bulan ke depan.

Ketika Syekh Shabri baru saja pulang dari Saudi kemarin, otoritas Zionis langsung memanggilnya untuk diinterogasi. Karena kelelahan sebab baru saja pulang dari perjalanan jauh, Syekh Shabri sempat meminta pengacarnya Khalid Zabariqah untuk mengundur waktu ke hari lain untuk memenuhi panggilan Zionis itu.

Akan tetapi Zionis menolak untuk menunda dan mengancam akan menangkap Syekh Shabri jika tidak segera memenuhi panggilan otoritas Zionis. Oleh karena itu, Syekh Shabri terpaksa segera menuju ruang intelijen No. 4 yang berada di pusat penahanan dan penyelidikan "Compound" sebelah Barat Al-Quds, untuk menerima keputusan pelarangannya memasuki masjid Al-Aqsha.

Sebelumnya beberapa hari yang lalu, otoritas penjajah Zionis juga mengeluarkan beberapa keputusan yang menjauhkan hak pribadi, nasional, agama, dan lembaga-lembaga dari masjid Al-Aqsha. (Sn/ikh/myj)

eramuslim.com