SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Situs sunankudus.blogspot.com, yang menyajikan Site Bernuansa Islami berisikan Hikmah Al-qur'an dan Mutiara Hadits, insya Allah dapat memberikan kesejukan hati dan ketentraman jiwa bagi anda yang mengunjungi Site ini. Membawa Anda kepada pemahaman Islam yang benar sesuai apa yang di bawa Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. semoga situs ini menjadi sumbangan dalam perjuangan islam. Pesan saya: Ikutilah Jalan Sirotulmustaqim dengan sungguh-sungguh. karena jalan otulah yag termudah menuju Allah dan syurga-Nya. Kurang dan lebihnya blog ini maafin yaa..saran dan kritik bisa kamu kirim ke santrisunny@yahoo.co.id. sukron katsiron telah mampir ke blog ini.. yang mau kirim tulisan silahkan email ke santrisunny@yahoo.co.id

Rabu, 29 Oktober 2008

Penjelasan La Ilaha Illallah

Beberapa hal penting untuk memperluas pembahasan La Ilaha Illallah adalah:

La Ilaha Illallah berarti tidak ada ilah yang hak selain Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–, tidak ada Tuhan yang hak selain Allah, tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada penghidup dan pemati selain Allah, tidak ada penentu dan pengatur segala sesuatu selain Allah, tidak ada pemberi dan pencegah selain Allah, tidak ada penguasa yang bisa menandingi Allah, tidak ada zat yang tidak bisa dikalahkan dengan mudah oleh Allah, tidak ada kesempurnaan yang mutlak selain pada Allah, tidak ada peribadatan yang boleh diberikan selain kepada Allah, tidak ada satu zat pun yang berada di luar genggaman kekuasan Allah, tidak ada zat yang berhak diagungkan dan dimuliakan selain Allah, tidak ada hakim yang hak selain Allah, tidak ada hukum dan undang-undang yang boleh diterapkan selain hukum-hukum Allah, tidak ada agama yang boleh dianut selain agama Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–.

Syarat-syarat La Ilaha Illallah adalah:
1) al-‘Ilmu (ilmu atau pengetahuan tentang arti La Ilaha Illallah):

Pengetahuan tentang arti La Ilaha Illallah adalah hal utama bagi se-seorang yang bersaksi atas syahadat tersebut. Tanpa mengetahui artinya, tidak ada gunanya lafadz syahadat tersebut bagi yang bersaksi. Arti yang wajib diketahui bagi seseorang yang bersyahadat adalah arti global yang telah dijelaskan di atas (point 73). Sedangkan arti detail, perlu dipelajari terus untuk menambah keimanan seseorang dan mencegahnya dari ter-jatuh kepada lawan syahadat tersebut, yaitu kesyirikan.

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللهُ

“Maka ketahuilah bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Allah.” QS. Muhammad (47): 19

وَلا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ


“…akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang menga-kui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui(nya).” QS. az-Zukhruf (43): 86

Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang meninggal dunia dan mengetahui bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadati) kecuali Allah, niscaya dia akan masuk jannah.” (HR. Muslim No. 38 dan Ahmad No. 434)

2) al-Yaqin (keyakinan tentang kebenaran syahadahnya):

Seseorang yang bersaksi La Ilaha Illallah dan di hatinya meragukan kebenaran syahadat ini, maka syahadatnya tidak akan diterima. Mempe-lajari isi syahadat pada khususnya dan agama Islam pada umumnya de-ngan disertai doa kepada Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–, insya Allah akan memperkuat keyakinan seseorang dari waktu ke waktu.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang ber-iman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” QS. al-Hujuraat (49): 15

Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:

مَنْ لَقِيْتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjumpa denganmu dari balik dinding ini dan dia ber-saksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadati) selain Allah, dan meyakini dengan hatinya, maka berilah kabar gembira bahwa dia akan masuk jannah.” (HR. Muslim No. 46)

3) al-Inqiyad (tunduk melaksanakan kandungannya):

Syahadah mempunyai tuntutan-tuntutan dan kandungan-kandungan yang harus dilaksanakan sebagai konsekuensi dari keimanan kita kepa-danya. Kepada tuntutan-tuntutan dan kandungan-kandungan tersebut, kita harus tunduk kepadanya, lahir dan batin.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian pada Allah serta jauh-kanlah diri kalian dari perbuatan riba jika kalian benar-benar orang orang mu’min।” QS. al-Baqarah (2): 278

إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya itulah syetan-syetan yang menakut-nakuti kalian dari pengi-kut-pengikutnya, maka janganlah kalian takut pada mereka takutlah kalian pada-Ku jika kalian benar-benar orang-orang mu’min.” QsS Ali Imran (3): 175

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

“Wahai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan Rasul-Nya dan ulil amri di antara kalian. Jika kalian bersengketa tentang suatu hal maka kemba-likan lah hukumnya kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya) jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” QS. an-Nisaa’ (4): 59

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai olok-olokan dan permainan, yaitu orang-orang diturunkan pada mereka al-Kitab sebelum kalian serta menjadikan orang-orang kafir sebagai kekasih. Dan bertaqwalah kalian pada Allah jika kalian benar-benar orang-orang mu’min.” Qs.Al Maidah(5): 57

4) al-Qabul (menerima, tidak menolak kandungan-kandungannya):

Syahadat tidak diterima dari seseorang yang menerima sebagian kan-dungannya dan menolak sebagiannya lagi। Seperti halnya orang-orang murtad di Jazirah Arab ketika Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– meninggal dunia, mereka menerima seluruh ajaran Islam kecuali zakat. Maka mereka pun diperangi sebagai orang-orang yang keluar dari agama.

أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

“Apakah kalian beriman kepada sebagian dari al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demi-kian dari pada kalian melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat”. Qs.Al Baqoroh (2): 85

5) al-Ikhlash (bersyahadat dan melaksanakan isinya hanya demi Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–):
Artinya bahwa seseorang bersyahadat harus hanya demi Allah –Sub-hānahu wa Ta’ālā– dan tidak mengharapkan apapun dari siapa pun juga, selain Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–.

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Mereka tidak diperintahkan kecuali beribadah kepada Allah dengan mengikh-laskan agama bagi-Nya.” QS. al-Bayyinah (98): 5

Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبهِ

“Manusia yang paling berbahagia dengan syafa`atku adalah orang yang me-ngucapkan La Ilaha Illallah dengan tulus ikhlas dari hatinya.” (HR. Bukhari No. 97 dan Ahmad No. 8503)

6) ash-Shidq (jujur):

Yang dimaksud dengan jujur adalah bahwa syahadat yang diucapkan benar-benar meresap di dalam hati, bukan hanya di mulut saja.

الم أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Adakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja berkata: kami telah beriman, tanpa mereka diuji. Sesungguhnya Kami telah uji orang-orang yang sebelum mereka, supaya Allah mengetahui mereka yang jujur dan mereka yang dusta.” QS. al-‘Ankabuut (29): 1-3
Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:

مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ صَادِقًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa mengucapkan La Ilaha Illallah dengan jujur dari hatinya, nis-caya dia masuk syurga.” (HR. Bukhari No. 125, Muslim No. 47 dan Ahmad No. 11882)

7) al-Mahabbah (kecintaan):
Seseorang yang bersyahadat harus mencintai syahadat tersebut dan mencintai orang-orang yang bersyahadat lainnya. Harus memberikan al-wala’ dan al-bara’ atas dasar syahadatnya tersebut. Yaitu berwala’ kepada ahli La Ilaha Illallah dan berbara’ kepada musuh-musuh La Ilaha Illallah.

“Ada pun orang-orang yang beriman amat cinta kepada Allah.” QS. al-Baqa-rah (2): 165
Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:

أَوْثَقُ عُرَي اْلإِيْمَانِ اَلْحُبُّ فِي اللهِ وَاْلبُغْضُ فِي اللهِ

“Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena-Nya pula.” (HR. Ahmad No. 17793)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERITA TERKINI

Rabu sore kemarin (02/12), otoritas penjajah Zionis memberikan surat resmi kepada Kepala Badan Tertinggi Islam di Al-Quds, yang isinya melarang khatib masjid Al-Aqsha Syekh Ikrimah Shabri untuk masuk masjid Al-Aqsha selama 6 bulan ke depan.

Ketika Syekh Shabri baru saja pulang dari Saudi kemarin, otoritas Zionis langsung memanggilnya untuk diinterogasi. Karena kelelahan sebab baru saja pulang dari perjalanan jauh, Syekh Shabri sempat meminta pengacarnya Khalid Zabariqah untuk mengundur waktu ke hari lain untuk memenuhi panggilan Zionis itu.

Akan tetapi Zionis menolak untuk menunda dan mengancam akan menangkap Syekh Shabri jika tidak segera memenuhi panggilan otoritas Zionis. Oleh karena itu, Syekh Shabri terpaksa segera menuju ruang intelijen No. 4 yang berada di pusat penahanan dan penyelidikan "Compound" sebelah Barat Al-Quds, untuk menerima keputusan pelarangannya memasuki masjid Al-Aqsha.

Sebelumnya beberapa hari yang lalu, otoritas penjajah Zionis juga mengeluarkan beberapa keputusan yang menjauhkan hak pribadi, nasional, agama, dan lembaga-lembaga dari masjid Al-Aqsha. (Sn/ikh/myj)

eramuslim.com